Cascading Style Sheet (CSS)
1. Pengertian Selector, Property dan Value pada CSS
Gambar 5.1 Selector, Property dan Value pada CSS
A. Selector
Karena kode CSS digunakan untuk mengubah/memanipulasi
tampilan dari tag HTML, CSS membutuhkan suatu cara untuk „mengaitkan‟ atau
menghubungkan kode CSS dengan tag HTML yang sesuai. Hal inilah yang dimaksud
dengan Selector dalam CSS.
Sesuai dengan namanya, selector digunakan untuk mencari
bagian web yang ingin dimanipulasi atau yang ingin di-style. Misalnya : “cari
seluruh tag <p>”, atau “cari seluruh tag HTML yang memiliki atribut
class=”warning”” atau “cari seluruh link yang ada di dalam tag <p>”.
Selector paling dasar dari CSS adalah tag dari HTML itu
sendiri, misalnya: tag p, i, h1, li, dll. Selector didalam CSS dapat menjadi kompleks
tergantung kebutuhannya.
B. Property
Property CSS adalah jenis style, atau elemen apa yang akan
diubah dari sebuah tag HTML. CSS memiliki puluhan property yang dapat digunakan
agar menampilkan hasil akhir yang kita inginkan. Hampir semua property dalam
CSS dapat dipakai untuk seluruh selector.
Jika selector digunakan misalnya untuk “mencari seluruh tag
<p>“, maka property
adalah “efek apa yang ingin dimanipulasi dari tag p
tersebut“, seperti ukuran text, warna text, jenis fontnya, dll.
C. Value
Value CSS adalah nilai
dari property. Misalkan untuk
property background- color yang
digunakan untuk mengubah
warna latar belakang
dari sebuah selector, value atau
nilainya dapat berupa red, blue, black, atau white.
2. Penempatan Sebuah CSS
Ada tiga cara untuk menempatkan sebuah CSS ke dalam sebuah
halaman web, ketiga cara ini dapat digunakan untuk memformat halaman web dengan
style yang diingkan.
A. Inline Style Sheet
CSS dalam posisi inline style sheet dituliskan menjadi satu
dengan halaman web yang akan diatur style-nya dan menjadi bagian dari body.
Penulisan style dilakukan dengan cara menambahkan atribut title pada elemen
(tag) HTML yang akan diatur style-nya. Oleh karena itu, untuk
mengimplementasikan CSS pada halaman web, semua tag harus diformat secara
independen.
Dengan menggunakan model penempatan inline style sheet, jika
ada sebuah tag HTML yang digunakan berulang kali dalam sebuah halaman web,
pembuat website dapat mengimplementasikan style yang berbeda pada tag tersebut.
Ketika menggunakan inline style sheet untuk memanipulasi halaman web, pembuat
web hanya dapat menggunakan satu property saja pada tag HTML yang akan
dimanipulasi.
Contoh :
Simpan dengan nama file inline style sheet.html
Gambar Contoh
Skrip CSS Inline Style Sheet
B. Embedded Style Sheet
Sama halnya dengan CSS dalam posisi inline style sheet,
penulisan CSS dalam posisi embedded style sheet juga menjadi satu dengan
halaman web yang akan diatur style-nya, hanya saja, posisi CSS menjadi bagian
dari header (berada diantara tag
<head>) dengan menambahkan tag <style
type=”text/css”>.
Dengan
menggunakan model penempatan
CSS sebagai embedded style sheet, pembuat web cukup satu
kali mendefinisikan style yang akan dikenakan pada tag – tag yang berada dalam
halaman web. Jika ada sebuah tag yang digunakan secara berulang, secara
otomatis akan mempunya style yang sama, berbeda dengan model inline style sheet
yang mengharuskan pembuat web menentukan style pada tag –
tag yang digunakan berulang kali dan memungkinkan untuk
menentukan style yang berbeda pada tag tersebut.
Contoh :
Simpan dengan nama file embedded style sheet.html
Gambar Contoh
Skrip CSS Embedded Style Sheet
C. Linked Style Sheet
Berbeda dengan 2 (dua) model penempatan CSS sebelumnya,
menggunakan linked style sheet berarti
harus menyediakan sebuah
file CSS khsusus berisi berbagai format style yang terpisah
dari halaman web. File ini nantinya akan dipanggil oleh halaman web yang
membutuhkan pengaturan style.
Dengan menggunakan model ini, style akan terpusat pada sebuah
file, sehingga jika
ada pengubahan style, pembuat website tidak perlu merubah di
semua halaman web yang dibuat, tetapi cukup dengan merubah style yang
didefinisikan pada file CSS.
Dengan menggunakan model ini, style akan terpusat pada sebuah
file, sehingga jika ada pengubahan style, pembuat website tidak perlu merubah
di semua halaman web yang dibuat, tetapi cukup dengan merubah style yang
didefinisikan pada file CSS.
Contoh :
Simpan dengan nama file style definition.css
Gambar Contoh
Skrip
Linked Style Sheet
Kemudian buat file kedua
dengan nama latihan26.html
Gambar Contoh Skrip Linked Style Sheet
3. Penggunaan CSS Pada Halaman Web
Kita dapat menggunakan salah satu dari ketiga penempatan CSS
yang ada, namun tidak menutup kemungkinan juga kita dapat menggunakan dua atau
ketiganya dalam sebuah website jika memang diperlukan.
A. Pengolahan Font
Salah satu tag HTML yang biasa digunakan untuk memanipulasi font adalah paragraf (<p>). Beberapa tag yang lain juga memungkinkan untuk dimanipulasi atau ditambahkan CSS untuk memanipulasi font jika pada tag HTML tersebut akan berisi tulisan / text, seperti : <th><td>, <a>, <li>, <h1>…<h6>, dan tag – tag lain yang memungkinkan berisi text.
Bentuk manipulasi font yang dimungkinkan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.1 Font Properties
B. Memanipulasi Color dan Background
Bentuk lain dari memanipulasi halaman web adalah dengan
menentukan warna pada tulisan, menambahkan warna background, atau dengan menambahkan
gambar sebagai background.
Beberapa property yang bisa digunakan untuk memanipulasi beberapa hal di atas, ditampilkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.1 Properties Warna dan Gambar latar
4.
Mengenal Jenis-jenis Selector
Dasar CSS
Selector adalah sebuah pola (pattern) yang digunakan untuk
„mencari‟ suatu tag di dalam HTML.
Analogi untuk selector, misalnya: mencari semua
tag p, atau mencari seluruh tag
h1 yang memiliki atribut class=judul.
Contoh :
Simpan dengan nama file multi kepada
selector.html
Gambar Contoh
Skrip dalam pemberian property
multi kepada selector
A. Universal Selector
Universal selector hanya ada 1 di dalam CSS, yaitu tanda
bintang “*”. Selector ini bertujuan untuk „mencari‟ semua tag yang ada.
Contoh Universal Selector CSS:
* {
color: blue;
background-color: white;}
}
Kode CSS diatas bermaksud untuk membuat seluruh tag HTML berwarna
biru, dan background berwarna putih.
B. Element Type Selector
Element Type Selector atau Tag Selector adalah istilah untuk
selector yang nilainya merupakan tag HTML itu sendiri. Setiap tag HTML bisa
digunakan sebagai selector, dan seluruh tag tersebut akan ditangkap oleh
selector ini.
Contoh Element Type Selector CSS:
h1 {
text-decoration: underline;
}
p {
font-size:14px;
}
Contoh kode CSS diatas akan membuat semua tag <h1> akan
bergaris bawah, dan seluruh tag <p>akan berukuran 14pixel.
Efek dari element type selector adalah dari awal tag, sampai akhir tag. Jika didalam tag <p> terdapat tag <i>, maka tag tersebut juga akan berukuran 14 pixel, sampai ditemui tag penutup </p>.
C.
Class Selector
Class Selector merupakan salah satu selector yang paling umum
dan paling sering digunakan. Class
Selector akan „mencari‟
seluruh tag yang
memiliki atribut class dengan nilai yang sesuai.
Untuk penggunaan Class Selector, kita harus memiliki tag HTML
yang mempunyai atribut class. Contohnya:
<p class=”paragraf_pertama”> Ini adalah sebuah paragraf
pertama</p>
<h1 class=”judul”>Judul Artikel</h1>
<h2 class=”judul penting berwarna”>Sub Judul
Artikel<h2>
Perhatikan bahwa untuk semua tag diatas, kita menambahkan
atribut class dengan nilainya adalah nama dari kelas itu sendiri. Sebuah nama
class dapat dimiliki oleh lebih dari 1 tag, dan dalam sebuah tag dapat memiliki
lebih dari 1 class.
Contohnya
dalam baris terakhir pada
contoh diatas,tag h2 memiliki
atribut class=”judul penting berwarna”. Tag ini
teridiri dari 3
class, yaitu judul, penting, dan class berwarna.
Sedangkan untuk kode CSS Class Selector adalah sebagai
berikut:
.paragraf_pertama {
color: red;
}
.judul {
font-size:20px;
}
.penting {
color:red;
font-size:
1em;
}
Untuk menggunakan
class selector, di
dalam CSS kita
menggunakan tanda titik sebelum nama dari class.
Untuk contoh kita, seluruh class yang memiliki nilai
“paragraf_pertama”, warna text
akan menjadi merah. Dan seluruh class judul akan memiliki font 20 pixel.
D.
ID Selector
ID Selector bersama-sama dengan class selector merupakan
selector paling umum dan juga sering
dipakai (walau tidak
sesering class selector). Penggunaan ID selector hampir sama dengan
class selector, dengan perbedaan jika pada Class Selector kita menggunakan
atribut class untuk tag HTML, untuk ID selector, kita menggunakan atribut id.
Contoh penggunaan atribut id pada tag HTML
<p id=”paragraf_pembuka”> Ini adalah sebuah paragraf
pembuka</p>
<h1 id=”judul_utama”>Judul Artikel</h1>
<h2 id=”sub_judul”>Sub Judul Artikel<h2>
Atribut id selain untuk selector CSS, juga berperan sebagai
kode unik untuk masing- masing tag (terutama dipakai untuk kode JavaScript).
Karena hal tersebut, id yang digunakan
harus unik dan
tidak boleh sama.
Dengan kata lain, id
hanya bisa digunakan satu kali
dalam sebuah halaman web dan tidak boleh sama.
Contoh penggunaan id selector kode CSS Class Selector adalah
sebagai berikut:
#paragraf_ pembuka {
color: red;
}
#judul utama {
font-size:20px
}
Di dalam kode CSS, kita menggunakan tanda pagar “#” sebagai
penanda bahwa kita mencari tag yang memiliki id tersebut.
Contoh :
Simpan dengan nama file selector bebas,class dan id.html
Gambar Contoh Hasil Skrip
penggunaan multi kepada selector bebas, class dan
ID
E. Attribute Selector
Selector ini sedikit
lebih advanced dibandingkan dengan
selector-selector sebelumnya. Atribut Selector ini digunakan untuk
mencari seluruh tag yang memiliki atribut yang dituliskan.
Contoh penggunaan Attribute Selector kode CSS adalah sebagai
berikut:
[href] {
font-size:20px ;
}
[type="submit"] {
width:30px;
}
Seperti yang dapat dilihat dari contoh diatas, setiap atribut
selector harus berada diantara tanda kurung siku “[” dan “]”. [href] akan cocok
dengan seluruh tag yang memiliki atribut href, apapun nilai dari href (href
biasanya terdapat pada tag <a>). Untuk
contoh [type=”submit”] akan
cocok dengan tag
yang memiliki atribut type
dengan nilai submit, yang dalam hal ini adalah tombol submit dalam form.
Walaupun memiliki kemampuan mencari tag yang sangat spesifik, namun atribut
selector ini tidak terlalu sering digunakan.















Komentar
Posting Komentar